Contoh Makalah Wawancara Agama Materi Jiwa Keagamaan

Contoh Makalah Wawancara Agama Materi Jiwa Keagamaan

 

Hasil wawancara dengan narasumber Biografi Narasumber 1

Nama                           :

Tempat tanggal lahir :

Pekerjaan                     :

 

 

1.   Menurut saudara apa perbedaan sifat keagamaan pada anak dan remaja saat ini?

 

Menurut saya anak biasanya akan meniru dan melihat apa yang diajarkan orang dewasa kepadanya. Sedangkan anak remaja cendruh lebih ke pengaruh perkembangan psikis dan fisiknya.

2.   Menurut sauadara bagaimana cara untuk meningkatkan nilai2 agama pada anak dan remaja saat ini?

Untuk meningkatkan nilai agama pada anak dan remaja yaitu dengan menanamkan keteladanan dan dibina dengan baik

3.      Bagaimana pengaruh lingkungan masyarakat terhadap peningkatan aktifitas keagamaan remaja menurut saudara?

Zaman sekarang adalah zaman yang canggih semua orang dapat belajar dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat melalui internet dan lingkungan sangat berpengaruh dalam peningkatan aktifitas keagamaan remaja karena dalam dilingkungan kita bisa mendapatkan informasasi atau ilmu mengenai agama yang belum kita ketahui sehingga dapat menambah wawasan bagi kita

4.   Bagaimana peran orang tua terhadap keagamaan anak pada usia remaja menurut saudara?


 

 

 

Sebagai orang tua tentunya kita mempunyai tanggung jawab kepada anak kita. Dengan membina anak dan memberi perhatian kepadanya agar keagamaan tetap melakat pada diri anak

5.   Menurut saudara apa yang membuat jiwa keagamaan dari remaja itu berkurang ??

 

Yang paling berpengaruh ialah lingkungan dari sang remaja tersebut. Karena remaja masih sangat labih terutama di usia 15 tahunan untuk itu sebagai orang tua kita harus menunjukan pergaulan dan memberi perhatian kepada sang anak.


 

 

 

Biografi Narasumber 2

 

Nama                           :

Tempat tanggal lahir :

Pekerjaan                     :

1.   Menurut saudara apa itu ilmu jiwa agama?

 

Menurut saya ilmu jiwa agama pengaruh dari agama terhadap perilaku dan tingkah laku seseorang

2.   Apa yang harus dilakukan anak dan remaja tentang keagamaan tersebut?

 

Untuk zaman sekarang anak-anak maupun remaja sangat sulit untuk melaksanakan tambahan kegiatan dalam ibadah seperti sholat berjamaah, mengaji, dan kegiatan lainnya. Mereka harus disuruh dulu baru mengerjakannya untuk itu kita sebagai orang dewasa selalu membina anak dan remaja untuk tetap melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

3.   Bagaimana perkembangan keagamaan pada anak dan remaja saat ini?

 

Anak nengembangangkan agama dari apa yang dia dengerkan dari orang lain , sedangkan remaja mengembangkan keagamaan dari apa yang di pelajari dan amati


 

 

 

 

 

Materi Refrensi

 

Perbedaan sifat keagamaan pada anak dan remaja

 

Sesuai dengan ciri-ciri yang mereka miliki, maka sifat agama pada anakanak berkembang mengikuti pola ideas concept on outhority. Ide keagamaan pada anak hampir sepenuhnnya authoritarius, maksudnya konsep keagaamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka.12

Berbeda dengan perkembangan jiwa keagamaan di usia anak, perkembangan jiwa keagamaan para remaja, dipengaruhi oleh perkembangan aspek psikis dan fisiknya. Jadi, sikap keagamaan di usia remaja belum stabil kadang-kadang taat dan kadang- kadang lalai.

Dari pemikiran-pemikiran di atas, maka dapat dijadikan sebagai bahan acuan para orang tua maupun para pendidik dalam rangka membimbing serta mengarahkan jiwa keagamaan pada anak dan remaja. Baik yang berhubungan dengan materi ajaran agama yang akan disampaikan maupun metode apa yang tepat yang digunakan dalam menumbuh kembangkan jiwa agama mereka.

 

 

Meningkatkan nilai-nilai keagamaan pada anak dan remaja

 

Jalaluddin (2016:194) mengatakan bahwa “keagamaan mengandung unsur-unsur yang berkaitan dengan ke-Tuhanan atau keyakinan, tindak keagamaan, perasaanperasaan yang bersifat mistik, penyembahan kepada yang suci (ibadah) dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang hakiki”. Menurut Abdullah Nashih Ulwan (2012:516) ada empat metode yang dapat digunakan dalam proses penanaman nilai nilai keagamaan yaitu (1) keteladanan, (2) pembiasaan, (3) nasihat, dan (4) pengawasan. Menurut Prof. Notonegoro (dalam Muin, 2013:103) menyatakan bahwa,


 

 

 

“nilai moral disebut pula nilai etika, yaitu segala sesuatu yang menyangkut perilaku terpuji dan tercela atau nilai sosial yang berkenaan dengan kabaikan dan keburukan serta bersumber dari kehendak atau kemauan.” Menurut Thomas Lickona (2013: 74) terdapat empat bentukbentuk nilai moral yang sebaiknya ditanamkan yaitu (1) kesopanan, (2) kejujuran, (3) toleransi, dan (4) tolong menolong.

Nilai-nilai keagamaan dan moral yang diperoleh remaja pada usia muda bisa menjadi pedoman tingkah laku dikemudian hari. Remaja yang putus sekolah masih berada dalam pengawasan orang tua sehingga bmbingan dan arahan dapat dilakukan. Bimbingan dan arahan ini bertujuan agar remaja dapat berperilaku sesuai dengan nilainilai yang ada dimasyarakat. Dalam penelitian ini penulis ingin melihat penanaman nilai yang dilakukan oleh orang tua kepada remaja putus sekolah terutama dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan dan nilai moral. Orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan remaja terutama remaja yang mengalami putus sekolah.

Dalam membimbing dan mengarahkan anak atau remaja yang putus sekolah dapat dilakukan dengan membiasakan anak untuk berperilaku yang baik didalam lingkungan hidupnya.

 

 

Lingkungan masyarakat terhadap peningkatan aktifitas keagamaan remaja

 

Secara umum usia remaja dikalangan ABG adalah usia yang masih labil. Kondisi ini tentu memiliki implikasi yang sangat keras bagi lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini lingkungan dapat memberi efek negative, namun lingkungan juga dapat memberi efek yang positif bagi tumbuh kembang kependidikan remaja jika dikaitkan dengan labilitas mereka.

Terdapat lingkungan masyarakat yang berperan besar pada pembentukan perilaku manusia. Masyarakat yang baik akan membentuk pola manusia yang baik pula. Peran


 

 

 

masyarakat sangat besar pengaruhnya karena tinggal lama di masyarakat. Oleh karena itu maka masyarakat harus mengambil bagian dari proses belajar di sekolah dan memindahkannya di masyarakat agar pendidikan tidak hanya di sekolah, dengan demikian maka prinsip long life educationakan tercipta. Hendaknya masyarakat dijadikan tempat penimbaan ilmu. Masyarakat dapat menyediakan akses pendidikan non formal seperti pesantren, kursus-kursus dan lain sebagainya yang dapat memacu dan menumbuh kembangkan potensi warganya terutama anak-anak.

Upaya pembinaan keluarga secara pribadi seperti mendisiplinkan shalat di rumah secara berjamaah dan membaca Al-Qur’an setiap habis shalat maghrib. Di samping itu secara kemasyarakatan pembinaan keagaman remaja di lakukan melalui Tahlil setiap sabtu malam dan tadarus setiap habis shalat ashar. Faktor pendukung antara lain kesadaran yang tinggi dari tokoh masyarakat dan keluarga, adanya fasilitas keagamaan, dan terdapatnya toleransi dari para pekerja seks komersial. Sedangkan factor penghambatnya adalah lingkungan yang dekat dengan lokalisasi, sikap labil para Remaja. Dalam hal ini tokoh agama bersinergi dengan para orang tua Remaja memberi motivasi bagi keterlaksanaanya kegiatan tersebut.

 

 

Peran orang tua terhadap keagamaan pada anak

 

Tugas sebagai orang tua merupakan suatu tugas yang luhur dan berat. Sebab ia tidak sekedar bertugas menyelamatkan nasib anak-anaknya dari bencana hidup di dunia. Namun jauh dari itu ia bisa memikul amanat untuk menyelamatkan mereka dari siksa neraka di akherat di mana anak merupakan amanat Tuhan bagi kedua orang tuanya. Setiap orang tua, para pendidik maupun para guru pada hakekatnya adalah mengemban amanat Allah. Karena mereka akan dimintai pertanggungan jawab oleh Allah tentang bagaimana keadaan pendidikan anak-anaknya. (Abu Tauhid, 1990:5).


 

 

 

Orang tua merupakan orang-orang pertama yang dikenal anak. Melalui orang tualah anak mendapatkan kesan-kesan pertama tentang dunia luar. Orang tua merupakan orang pertama yang membimbing tingkah laku. Terhadap tingkah laku anak mereka bereaksi dengan menerima, menyetujui, membenarkan, menolak, atau melarang dan sebagainya. Dengan pemberian nilai terhadap tingkah lakunya ini terbentuklah dalam diri anak norma-norma tentang apa yang baik dan buruk, apa yang boleh atau tidak boleh. Dengan demikian terbentuklah hati nurani anak yang mengarahkan tingkah laku selanjutnya. Kewajiban orang tua ialah mengembangkan hati nurani yang kuat dalam diri anak.

Untuk dapat mendidik dan membina anak agar bisa tumbuh menjadi anak yang baik, maka orang tua harus bisa menjalankan peranan tersebut, meskipun dalam menjalankan peranannya sebagai orang tua yang baik, tidaklah mudah, akan tetapi secara teoritis telah banyak digambarkan bagaimana seorang ayah dan ibu yang baik. Pada saat-saat tertentu, secara tidak disadari, orang tua kadang melakukan hal-hal ataupun tindakan-tindakan yang sering mengganggu citra yang ingin ditunjukkan sebagai orang tua yang baik dan bisa memahami anak

 

 

Yang membuat jiwa keagamaan remaja berkurang

 

Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, sehingga memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran. Bahkan, kepercayaan agama yang telah tumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan. Kepercayaan kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi berkurang yang terlihat pada cara ibadahnya yang kadang- kadang rajin dan kadang-kadang malas. Penghayatan rohani cenderung skeptis sehingga muncul keengganan dan kemalasan untuk melakukan berbagai kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya dengan penuh kepatuhan. Kegoncangan dalam keagamaan ini mungkin muncul, karena disebabkan oleh faktor internal maupun


 

 

 

eksternal. Faktor internal berkaitan dengan matangnya organ seks, yang mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

namun di sisi lain ia tahu bahwa perbuatannya itu dilarang oleh agama. Kondisi ini menimbulkan konflik pada diri remaja. Faktor internal lainnya adalah bersifat psikologis, yaitu sikap independen, keinginan untuk bebas, tidak mau terikat oleh norma-norma/aturan keluarga (orangtua). Apabila orangtua atau guru-guru kurang memahami dan mendekatinya secara baik, bahkan dengan sikap keras, maka sikap itu akan muncul dalam bentuk tingkah laku negatif, seperti membandel, oposisi, menentang atau menyendiri, dan acuh tak acuh.

 

 

Ilmu jiwa agama

 

ilmu jiwa agama yakni ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.

Ilmu jiwa agama yakni ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.

Melalui ilmu jiwa dapat diketahui sifat-sifat psikologi yang dimiliki seseorang, jiwa yang bersih dari dosa dan maksiat serta dekat dengan Allah misalnya, akan melahirkan dan sikap yang tenang pula, sebaliknya jiwa yang kotor banyak berbuat kesalahan dan jauh dari Allah akan melahirkan perbuatan yang jahat, sesat dan menyesatkan orang lain.


 

 

 

Sedangkan objek pembahasan psikologi agama adalah gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan, kemudian mekanisme antara psikis manusia dengan tingkah laku keagamaannya secara timbal balik dan hubungan pengaruh antara satu dengan lainnya

Agama merupakan konteks penting untuk pembangunan karena memberikan sarana sosialisasi di berbagai bidang seperti perilaku moral dan menawarkan dukungan emosional kepada individu dari buaian hingga liang kubur. Agama juga memainkan peran penting bagi kaum muda di tempat lain di dunia. Misalnya, Lippman dan Keith [ 6 ] melaporkan bahwa 82% dari 20.000 remaja dan dewasa muda dari 41 negara menunjukkan kepercayaan kepada Tuhan. Selain itu, ada banyak dukungan untuk peran protektif agama dalam kaitannya dengan berbagai aspek kesejahteraan pemuda termasuk hasil sosial (lih. [ 7 ]) dan psikologis

 

 

Perkembangan keagamaan pada anak dan remaja

 

Pada masa remaja khususnya berkaitan dengan perkembangan jiwa agama pada mereka. Banyak terjadi kegoncangan dalam jiwa remaja. Mereka terkadang mengikuti dan melakukan apa saja sesuatu yang disenangi, yang hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat dan bahkan bertentangan dengan nilai-nilai agama. Remaja diartikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Umur remaja adalah antara 13 sampai 21 tahun. Sedangkan mengenai perkembangan jiwa agama remaja berkisar antara umur 13 sampai 24 tahun. Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan, yaitu: faktor turunan (warisan) dan faktor lingkungan. Perkembangan jiwa agama pada seseorang pada umumnya ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya.


 

 

 

Perkembangan jiwa agama pada masa remaja sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya.

Perkembangan agama pada remaja seiring dengan perkembangan fisik dan psiskis remaja, terdapat beberapa aspek yaitu pertumbuhan pikiran dan mental hal ini ditandai dengan adanya sifat kritis pada diri remaja terhadap ajaran agama. Perkembangan perasaan ditandai dengan perasaan sosial, etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati kehidupan agama yang terbiasa di lingkungannya. Pertimbangan sosial, ditandi remaja lebih memilih kehidupan dunia daripada akhirat, namun di saat tertentu remaja mencari kebahagiaan jiwa dengan menggantungkan diri kepada Tuhan. Perkembangan moral yang bertitik tolak dari usaha mencari perlindungan. Sikap dan minat remaja terhadap agama sedikit karena dipengaruhi oleh lingkungan dan zaman. Lingkungan pendidikan sangat membantu perkembangan keagamaan pada remaja, baik pendidikan informal, formal maupun non formal.


 

 

 

Daftar Pustaka

Ratnawati, Fokus : Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol.1, No. 01, 2016 Memahami Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Anak Dan Remaja.

Heni Indah Wati Sitorus, Penanaman nilai-nilai keagamaan dan moral pada remaja putus sekolah oleh orang tua, Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak Gunawan, Ary H. (2010). Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anggarini, Shella. 2015. Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di Lingkungan Mandi Uap dan Anak Kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut AgamaIslam Negeri (IAIN). Salatiga.2015.

Mardiyah, Jurnal Kependidikan, Vol. III No. 2 November 2015, Peran orang tua dalam pendidikan agama terhadap pembentukan kepribadian anak

Fakhrul Rijal Perkembangna jiwa agama pada masa remaja, Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Cet. V, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2004).

Apriliana Vol 3, No 1 (2017), Hubungan tasawuf dengan ilmu jiwa agama. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Hikmah Medan.

Volume 2013 | Heidi E. Stolz, 1 Joseph A. Olsen , 2 Teri M. Henke , 3 dan Brian

K. Barber 1 Akademik: Priscilla K. Coleman Religiusitas Remaja dan Fungsi Psikososial: Menggali Peran Tradisi Religius, Suku Bangsa-Bangsa, dan Gender

Muhammad Ichsan Thaib Substantia, Volume 17 Nomor 2, Oktober 2015 , M.Ag.co, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Perkembangan jiwa agama pada masa Al- Murahiqah

Khadijah Khadijah Vol 6, No 1 (2020) Perkembangan jiwa keagamaan pada remaja

 

ANDREE TIONO KURNIAWAN, Vol. I Edisi 1 Januari 2015 Perkembangan jiwa agama pada anak